| Dari Kiri : Naja Ulfatun, Imam Suyuti, Denny, Muhammad Saad Hasany, Jaya Setiabudi, Faris Dedi Setiawan, Riko Sasongko |
Semarang, Warga Lokal - Di dunia startup dan bisnis digital yang serba cepat, kata profit dan omzet sering kali menjadi ukuran utama kesuksesan. Namun, di tengah arus tersebut, muncul sebuah komunitas pengusaha di Semarang yang bergerak dengan kompas berbeda. Mereka menamakan diri sebagai "Juragan Ngaji Semarang" (Juraji) — sebuah wadah para entrepreneur yang berikhtiar memadukan usaha duniawi dengan mujahadah spiritual.
Salah satu sosok penting di balik perjalanan komunitas ini adalah Faris Dedi Setiawan, seorang Google Developer Expert sekaligus Founder Whitecyber, perusahaan teknologi yang bergerak di bidang riset dan keamanan siber. Dikenal luas di kalangan profesional IT sebagai pakar siber dan inovator digital, Faris ternyata juga merupakan santri dan jamaah aktif di komunitas Juragan Ngaji Semarang sejak awal berdirinya.
“Juragan Ngaji ini awalnya adalah inisiasi dari guru kami, Mas Jaya Setiabudi, di Bandung,” ungkap Faris dalam wawancara bersama redaksi pada 12 November 2025. “Tujuannya sederhana: agar para pengusaha ini tidak hanya ngaji bisnis, tapi juga ngaji spiritual.”
| Keluarga Faris Dedi Setiawan bersama Mas Jaya Setiabudi |
Lebih jauh, Faris menceritakan bahwa komunitas ini hadir sebagai bentuk khidmah atau pelayanan kepada guru spiritual mereka, Abi Ihya Ulumuddin, seorang ulama kharismatik dari Pujon, Malang. “Kami diajarkan bahwa bisnis itu bukan semata-mata soal keuntungan, tapi soal barokah. Bagaimana agar usaha kita menjadi jalan ibadah, bukan jalan maksiat,” jelasnya dengan penuh ketulusan.
Filosofi inilah yang kemudian menjadi dasar dalam roadshow nasional bertajuk ‘Fondasi Bisnis Berkah’ yang diinisiasi oleh Mas Jaya Setiabudi. Konsep tersebut menekankan pentingnya integritas, amanah, dan kejujuran sebagai fondasi utama bisnis, bahkan sebelum berbicara soal marketing atau penjualan.
Sebagai pendiri Whitecyber, Faris mengakui bahwa menerapkan prinsip spiritual di dunia teknologi bukan hal mudah. “Justru di situlah ujiannya,” tegasnya. “Bagi saya dan tim di Whitecyber, amanah adalah segalanya. Data klien yang dipercayakan kepada kami adalah amanah. Privasi responden survei adalah amanah. Ilmu cyber security yang kami miliki juga amanah.”
Melalui perusahaannya, Faris berupaya menanamkan nilai kejujuran digital di setiap proyek. Ia meyakini bahwa “ngaji” tak selalu berarti membaca kitab di majelis, melainkan juga menjaga integritas di bidang masing-masing. “Ngaji bagi seorang programmer adalah menulis kode yang jujur. Ngaji bagi seorang analis data adalah mengolah data dengan kejujuran dan tanggung jawab,” ujarnya.
Selain dikenal sebagai profesional IT, Faris juga aktif menginisiasi berbagai kegiatan pemberdayaan UMKM di Ambarawa dan sekitarnya. Ia percaya bahwa teknologi dan spiritualitas dapat berjalan beriringan untuk menciptakan ekosistem bisnis yang tidak hanya berhasil secara finansial, tetapi juga berkah secara moral dan sosial.
Kisah Faris Dedi Setiawan dan komunitas Juragan Ngaji Semarang menjadi refleksi bahwa di tengah dunia bisnis yang hingar-bingar, masih ada entrepreneur yang berjuang memadukan akal (bisnis) dan ruh (spiritual) dalam satu tarikan napas khidmah. Bahwa di balik setiap baris kode dan setiap transaksi bisnis, selalu ada ruang untuk keberkahan, amanah, dan niat ibadah yang tulus.