Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Alexandr Wang dan Akuisisi Meta: Taruhan Besar Masa Depan AI

Senin, 07 Juli 2025 | 16:11 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-07T09:11:21Z
Alexandr Wang - Masa Depan AI

Si Jenius Dropout yang Mengguncang Dunia Kecerdasan Buatan

Di usia muda saat sebagian besar orang masih mencari jati diri, Alexandr Wang justru melangkah lebih jauh. Dropout dari MIT ini mendirikan Scale AI pada 2016, ketika teknologi AI masih didominasi chatbot primitif. Kini, Wang memimpin perusahaan labeling data AI terbesar di dunia dan baru saja direkrut oleh Meta, raksasa teknologi yang tengah tertekan dalam perlombaan superintelligence global.

Meta resmi mengakuisisi 49% saham Scale AI senilai US$14,3 miliar dan menarik Wang untuk memimpin proyek ambisius "Superintelligence Lab". Keputusan ini bukan sekadar investasi finansial, melainkan strategi merekrut pemikir kunci dalam revolusi AI generasi berikutnya. 

Dari Kota Nuklir ke Pusat Teknologi Dunia

Wang lahir di Los Alamos, New Mexico—kota yang terkenal sebagai pusat riset nuklir Amerika. Dengan orang tua yang bekerja untuk Departemen Energi AS, Wang tumbuh di lingkungan yang membentuknya menjadi pribadi ambisius dan intelektual. Ia mulai belajar pemrograman sejak usia 9 tahun dan aktif mengikuti olimpiade sains tingkat nasional.

Setelah diterima di MIT pada usia 17 tahun, Wang memutuskan keluar hanya satu tahun kemudian. Ia merasa waktu terlalu berharga untuk dihabiskan di bangku kuliah. Melalui program Y Combinator, Wang mendirikan Scale AI bersama Lucy Guo dan memfokuskan diri pada penyediaan data terstruktur berkualitas tinggi untuk melatih model AI terkuat dunia.

Scale AI: Mesin Bahan Bakar Bagi Model AI Raksasa

Model AI seperti GPT-4 dan Gemini Ultra membutuhkan bahan bakar berupa data untuk dapat berfungsi optimal. Scale AI hadir sebagai penyedia data ultra-akurat untuk berbagai sektor seperti mobil otonom, pertahanan militer, dan chatbot multimodal. Perusahaan ini bukan sekadar pelabel data, melainkan penentu akurasi dan relevansi bagi model AI global.

Dengan puluhan ribu tenaga kerja di seluruh dunia, Scale AI melayani klien besar seperti OpenAI, Anthropic, Microsoft, dan bahkan Pentagon. Saat ledakan model LLM terjadi, Scale AI menjadi vendor utama dalam evaluasi performa model melalui HumanEval dan Red Teaming. Alexandr Wang bukan hanya membangun infrastruktur, ia menciptakan standar baru dalam pengujian dan pelatihan AI.

Kenapa Meta Tarik Wang ke Pusat Komandonya?

Meta menyadari ketertinggalan mereka dalam persaingan AI setelah rilis LLaMA yang kurang menggigit. Investasi besar dalam infrastruktur belum cukup tanpa sosok strategis yang paham validasi data dan kualitas model. Alexandr Wang menjawab kebutuhan ini, bukan hanya dengan teknologi, tetapi juga dengan jaringan dan mentalitas khas teknokrat.

Wang memiliki dua aset unik: koneksi luas dengan komunitas builder AI lintas negara dan filosofi kerja berbasis meritokrasi. Keputusan Meta untuk mengakuisisi sebagian Scale AI disebut-sebut setara dengan akuisisi WhatsApp pada 2014, namun dengan orientasi berbeda: kali ini bukan membeli pengguna, tetapi membeli pemikiran strategis masa depan AI.

MEI: Visi Meritokrasi ala Wang

Alexandr Wang menolak tren diversity-first yang umum di Silicon Valley. Ia mempromosikan prinsip MEI—Merit, Excellence, Intelligence—sebagai pendekatan utama membangun tim AI elit. Dalam memo internal yang bocor, ia menyatakan bahwa talenta AI terbaik hanya ingin membangun teknologi tangguh tanpa distraksi politik atau sosial.

Pendekatan ini memicu kontroversi, namun justru dianggap menarik oleh Meta yang tengah terjebak dalam kompleksitas birokrasi internal. Dengan Wang, Meta berharap bisa membentuk lab superintelligence yang lebih fokus dan bebas gangguan. Model ini disebut sebagai jalan radikal menuju akselerasi kecerdasan mesin.

Superintelligence Lab: Apa yang Akan Dibangun?

Lab baru di bawah komando Wang dirancang untuk menciptakan multi-agent system yang mampu berinteraksi dengan manusia di tingkat sosial dan kognitif. Proyek ini diprediksi akan mengarah pada lahirnya agen digital personal—AI yang memahami, bernalar, dan belajar bersama manusia dalam konteks kompleks.

Peran Scale AI sangat vital, karena lab ini membutuhkan data interaksi manusia dalam skala besar. Bukan hanya menjawab pertanyaan, AI ini ditargetkan mampu mengambil keputusan kompleks. Jika berhasil, proyek ini akan menjadi landasan utama era superintelligence berikutnya yang bersifat adaptif dan proaktif.

Dampak Politik dan Keamanan dari Perpindahan Wang

Keterlibatan Wang dalam proyek Meta menimbulkan kekhawatiran dari Pentagon dan Gedung Putih. Scale AI selama ini berkontrak dengan Departemen Pertahanan AS, khususnya dalam proyek pelabelan data militer. Ada kekhawatiran sensitivitas militer bisa terbawa ke sektor komersial lewat perpindahan Wang.

Namun di era deep tech, batas antara teknologi sipil dan militer semakin kabur. AI tak lagi sekadar alat, tapi senjata geopolitik. Wang kini berada di pusat tarikan kepentingan global—antara perusahaan teknologi, keamanan nasional, dan masa depan kognitif umat manusia. Bloomberg pun mencatat peran Wang sebagai sosok penting dalam dinamika kekuatan global AI.

Menatap Masa Depan AI dengan Visi Radikal

Dalam wawancara terbarunya, Wang menyatakan bahwa ia menunda memiliki anak hingga Neuralink siap, karena percaya masa usia dini menentukan kecerdasan luar biasa. Pandangannya memicu debat: visioner atau distopia? Namun jelas, pria 28 tahun ini telah menorehkan pengaruh mendalam dalam peta teknologi global.

Alexandr Wang bukan hanya CEO, ia kini dipandang sebagai arsitek era baru AI. Jika kelak dunia dikendalikan oleh entitas non-manusia, bisa jadi cetak birunya akan memuat sidik jari Wang. Ia telah menjelma dari programmer remaja menjadi mastermind superintelligence dunia—dan semuanya baru dimulai.

×
Berita Terbaru Update