Ketegangan perdagangan internasional kembali mencuat setelah Amerika Serikat mengumumkan rencana kenaikan tarif pada berbagai mitra dagangnya. Dolar AS menunjukkan tanda-tanda pemulihan, sementara indeks saham di Wall Street turut menguat. Namun, rencana tarif ini membawa potensi risiko besar terhadap stabilitas ekonomi global, terutama menyangkut hubungan dagang AS dengan Kanada dan Uni Eropa.
Dolar AS Menguat Menjelang Badai Tarif Baru
Indeks Dolar AS (DXY) mengalami penguatan signifikan hingga mendekati level 98.00 pada Jumat, 11 Juli. Pemulihan ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan global dan rebound yang dialami oleh indeks-indeks utama di Wall Street. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan tentang arah kebijakan moneter dan dampaknya terhadap ekonomi global dalam jangka pendek.
Rilis risalah rapat FOMC terbaru juga memberikan dukungan terhadap prospek suku bunga tinggi, yang membantu menopang kekuatan dolar. Meski situasi geopolitik semakin memanas, kekuatan teknikal dan sentimen investor terhadap stabilitas AS turut berperan dalam mempertahankan nilai tukar mata uang tersebut.
AS Ancam Kanada dengan Tarif 35 Persen
Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyatakan akan memberlakukan tarif impor sebesar 35% terhadap Kanada mulai 1 Agustus. Langkah ini dipicu oleh anggapan bahwa Kanada gagal menghentikan penyelundupan fentanil ke wilayah AS. Pernyataan tersebut disampaikan langsung melalui akun media sosial Trump, menciptakan kehebohan di pasar keuangan.
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, dengan tegas menyampaikan bahwa pemerintahnya akan melindungi industri dan tenaga kerja nasional. Carney juga menyebut bahwa tindakan pengamanan di perbatasan telah diperketat, sebagai bagian dari upaya mengendalikan peredaran fentanil. Langkah balasan dari Kanada pun tak dapat dikesampingkan jika ancaman tarif benar-benar direalisasikan.
Relasi Dagang AS-Kanada Terancam Retak
Kanada merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi Amerika Serikat setelah Meksiko. Negara ini juga menjadi konsumen utama produk-produk AS, termasuk dalam sektor energi dan manufaktur. Maka dari itu, ancaman tarif yang dilontarkan oleh Trump berpotensi merusak hubungan ekonomi bilateral yang selama ini terjalin erat.
Kondisi ini dapat berdampak luas tidak hanya bagi perekonomian kedua negara, tetapi juga terhadap kestabilan pasar global. Jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, maka akan muncul hambatan besar dalam rantai pasok lintas negara yang selama ini bergantung pada kerja sama dagang antara AS dan Kanada.
Ancaman Tarif AS Juga Mengincar Uni Eropa
Tidak hanya Kanada, Trump juga mengumumkan rencana untuk mengirim surat pemberitahuan tarif kepada Uni Eropa. Hal ini mencuat hanya beberapa jam setelah kabar tentang pemberlakuan tarif terhadap Kanada. Padahal sebelumnya, kedua pihak sempat menunjukkan sinyal positif terkait kemungkinan kesepakatan dagang dalam waktu dekat.
Trump menyebut negara-negara mitra yang belum menerima pemberitahuan akan dikenai tarif tambahan sebesar 15% hingga 20%. Hingga saat ini, sudah lebih dari dua puluh negara dikabarkan menerima surat resmi terkait kebijakan ini.
Pasar Valas Reaktif, Tapi Tidak Panik
Biasanya, ancaman tarif dari Trump akan memicu aksi jual terhadap Dolar AS. Namun, respons pasar kali ini tampak lebih tenang. Banyak pelaku pasar menilai bahwa fundamental ekonomi AS tetap kuat dan ada kemungkinan kesepakatan dengan mitra dagang bisa dicapai sebelum kebijakan diberlakukan.
Analis menilai penguatan Dolar AS dalam minggu ini lebih disebabkan oleh koreksi teknikal dibandingkan oleh faktor fundamental jangka panjang. Konsensus pasar masih memproyeksikan tren penurunan Dolar AS akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan meskipun ada fluktuasi jangka pendek.
Analis Prediksi Rebound USD Hanya Sementara
Michael Brown, analis pasar di London, mengatakan bahwa meskipun nilai tukar Dolar AS sedang mengalami rebound, tren jangka menengahnya tetap cenderung melemah. Menurutnya, situasi saat ini lebih dipengaruhi oleh kondisi oversold di pasar dibandingkan oleh perbaikan struktur ekonomi yang mendasar.
Ia menambahkan bahwa pergerakan Dolar AS tetap dalam kisaran wajar dan belum menunjukkan sinyal pembalikan tren yang signifikan. Oleh karena itu, investor diimbau untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan dari penguatan sementara ini.
Kinerja Dolar Kanada Tertekan Ketidakpastian
Di tengah ancaman tarif AS, Dolar Kanada justru menjadi salah satu mata uang dengan performa terburuk di antara negara-negara G10. Meskipun data ekonomi Kanada menunjukkan perbaikan dalam negeri, ketergantungan pada perdagangan dengan AS membuat nilai tukar CAD ikut goyah.
Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, mengatakan bahwa nilai Dolar Kanada sangat dipengaruhi oleh pergerakan Greenback. Ia menilai CAD baru akan pulih jika tekanan terhadap USD mereda dalam beberapa bulan mendatang. Ketidakpastian ini menciptakan tantangan tersendiri bagi bank sentral Kanada dalam menentukan arah kebijakan moneter.
Dampak Global dari Kebijakan Proteksionis Trump
Kebijakan perdagangan yang dilancarkan oleh pemerintahan Trump menimbulkan kekhawatiran akan kembali mencuatnya proteksionisme di era modern. Negara-negara mitra dagang utama seperti Kanada dan Uni Eropa mulai merancang langkah balasan yang bisa memicu konflik ekonomi berkepanjangan.
Jika ketegangan ini tidak segera diselesaikan, risiko resesi global bisa meningkat. Pertumbuhan ekonomi internasional yang selama ini bergantung pada kerja sama lintas batas akan terganggu. Dunia akan menanti bagaimana langkah para pemimpin dunia dalam menghadapi tantangan ini untuk menjaga kestabilan ekonomi global.