Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Ketegangan Perdagangan Global Meningkat, Yen Tertekan Imbas Ancaman Tarif AS

Rabu, 09 Juli 2025 | 11:59 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-09T04:59:23Z
Yen Tertekan Imbas Ancaman Tarif AS

Yen Melemah Imbas Kebijakan Tarif AS

Nilai tukar Yen Jepang mengalami pelemahan tajam selama beberapa hari terakhir, dipicu oleh kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. USD/JPY sempat melesat lebih dari 1 persen, bahkan menembus angka 146.00, sebelum akhirnya stabil kembali pada sesi perdagangan Asia hari Selasa.

Pergerakan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan perdagangan AS. Penguatan Dolar terhadap Yen mencerminkan reaksi investor terhadap ketidakpastian yang meningkat akibat keputusan Trump. Menurut laporan Reuters, kondisi ini berisiko menimbulkan dampak luas, tidak hanya bagi mitra dagang AS tetapi juga bagi ekonomi global secara keseluruhan.

Perintah Eksekutif dan Ancaman Tarif Baru

Presiden Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang masa negosiasi perdagangan dengan sejumlah negara hingga 1 Agustus mendatang. Ia juga memberikan ultimatum bahwa jika kesepakatan belum dicapai, maka AS akan menerapkan tarif impor baru yang lebih tinggi kepada negara-negara mitranya.

Langkah ini menambah ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional. Trump menyebutkan akan mulai menerapkan tarif yang lebih besar terhadap berbagai negara jika tidak terjadi kemajuan dalam perundingan, sebuah sinyal keras yang membuat pelaku pasar bersikap hati-hati dalam menilai arah kebijakan perdagangan global.

Rincian Tarif Impor yang Diusulkan

Tarif baru yang diusulkan oleh Trump mencakup berbagai tingkat dan menyasar sejumlah negara. Di antaranya, 25 persen untuk barang dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Tunisia, dan Kazakhstan. Tarif yang lebih tinggi diterapkan pada negara lain seperti Afrika Selatan dan Bosnia Herzegovina (30%), serta Indonesia (32%).

Negara lain yang terancam tarif lebih tinggi termasuk Serbia dan Bangladesh (35%), Kamboja dan Thailand (36%), serta Laos dan Myanmar (40%). Selain itu, negara anggota BRICS berpotensi dikenai tarif tambahan 10% jika dianggap mengadopsi kebijakan anti-Amerika. Ini menunjukkan pendekatan proteksionis yang agresif dari pemerintah AS.

Reaksi Pasar dan Ketidakpastian Global

Kebijakan Trump memicu kepanikan di pasar keuangan global, termasuk bursa saham AS yang mengalami tekanan hebat. Indeks Dolar AS (DXY) sempat melonjak tetapi kemudian menurun ke level 97.20. Ketidakpastian yang tinggi membuat para investor cenderung menarik diri dari aset berisiko.

Kenaikan tajam USD/JPY pun tertahan di kisaran 146.00, seiring dengan evaluasi pasar terhadap potensi dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut. Banyak analis memperkirakan volatilitas akan terus berlanjut selama negosiasi dagang masih berlangsung tanpa kejelasan arah.

Risiko Ekonomi Menimpa Amerika Sendiri

Meskipun kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi ekonomi domestik, para ahli memperingatkan bahwa dampak buruk justru bisa menimpa AS sendiri. Ketidakpastian tarif dapat mengganggu rantai pasokan global dan menaikkan biaya produksi di dalam negeri.

Strateg dari Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, menyatakan bahwa masih banyak pertanyaan terbuka mengenai negara mana yang akan dikenai tarif dan seberapa besar nilainya. Hal ini memperbesar risiko ekonomi global dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.

Reaksi Internasional terhadap Kebijakan Trump

Banyak negara mitra dagang AS mulai memberikan respons terhadap ancaman tarif tersebut. Uni Eropa, misalnya, dikabarkan tengah mencoba mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu agar terhindar dari tarif tambahan, meski belum ada kejelasan apakah mereka akan dibebaskan dari tarif dasar 10% yang sudah diberlakukan sejak April.

Jepang dan Korea Selatan menyatakan akan melanjutkan dialog untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan. Sementara itu, Afrika Selatan memprotes keras ancaman tarif tersebut karena sebagian besar produk AS sudah masuk negaranya tanpa dikenai tarif.

BRICS Jadi Target Potensial Tarif Tambahan

Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyoroti negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) sebagai pihak yang berpotensi terkena tarif tambahan jika dianggap mengambil sikap anti-Amerika dalam kebijakan dagangnya.

Sikap ini dapat memperkeruh hubungan AS dengan kelompok negara berkembang tersebut, yang dalam beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan kekompakan sebagai kekuatan ekonomi baru. Ancaman ini bisa memicu balasan tarif dan memperluas perang dagang global.

Pelaku Pasar Pantau Perkembangan Negosiasi

Para pelaku pasar kini memusatkan perhatian pada kelanjutan negosiasi perdagangan AS dengan negara-negara mitra. Ketidakpastian membuat investor cenderung menghindari aset berisiko dan memilih aset safe haven seperti emas dan mata uang Yen, meski saat ini Yen sendiri sedang melemah.

Dalam waktu dekat, pasar keuangan global kemungkinan akan terus berfluktuasi seiring dengan munculnya pernyataan dan kebijakan baru dari Trump. Investor disarankan terus mengikuti perkembangan berita dari sumber terpercaya seperti Bloomberg agar bisa mengambil keputusan yang tepat.

×
Berita Terbaru Update